Bab Enambelas

Berenang di Laut Terapi Regresip

Jika kita menyelam ke bawah ombak hidup sehari-hari dan mulai membuka diri kita kepada perasaan dan getaran-getaran rasa yang sedang dipancarkan dengan jalan tak langsung berputar oleh suatu otak yang menderita, maka kita masuk ke suatu dunia yang sangat tidak lazim. Seperti apakah itu gerangan dan bagaimanakah gerak-gerik kita dalam tempat ini?

Dunia benak mempunyai suatu kebebasan yang tidak pernah dapat kita peroleh dalam hidup sehari-hari. Di dalamnya, kita seolah-olah dikurung dalam ruangan tiga dimensi seperti penyelam “scuba” dibatasi diantara dasar dan permukaan. Tapi, bedanya dengan penyelam, kita dapat pindah ke arah manapun tanpa harus menggunakan kaki dan tangan. Kita pindah hanya dengan pikiran dan kita bergeser bagaikan suatu subyek dalam suatu khayalan. Kita dapat bergerak mendekati atau menjauhi hal-hal internal. Kita dapat pergi lebih dalam atau lebih dangkal atau, jika kita mau, meninggalkan air itu sama sekali.

Kita dapat memeriksa proses-proses dan obyek internal dengan akal sehat dan intuisi kita dengan cara yang sama seperti jika kita berhadapan dengan peristiwa dunia eksternal.

Menghadapi yang di dalam, kita hidup dengan cara yang sama seperti menghadapi yang di luar kita. Kita dapat dipandu oleh respon-respon yang sama. Tapi, kita bisa lebih lincah-gesit dengan leluasa, bisa bergerak pelan-pelan, atau jika kita mau, bisa bergerak secepat kilat. Dalan suatu terapi yang berorientasi pengalaman (ulang), kita bahkan dapat duduk (kembali) dan membuka mata (kembali) dan dengan demikian melepaskan diri dari dunia internal kita.

Bedanya dengan dunia luar, kita tak bisa menjamin bahwa dunia dalam itu tetap kokoh-utuh dan terpisah dari kita. Disini letak masalahnya: bahwa tidak terjaminnya kekokohan-keutuhan dan keterpisahannya itu, mungkin menyebabkan kita kewalahan dan tidak mampu (lagi) mengendalikan apa yang sedang terjadi. Sejak awal zaman manusia tahu bahwa yang ada di kedalaman benak mungkin bergerak pindah tak terkontrol/terkendali. Itu membuat kita mati ketakutan. Apa yang tadinya sedang kita amati di dalam dunia internal (misalnya gambar dalam mimpi) mungkin tiba-tiba datang ke kita dan membuat kemampuan kita kewalahan untuk tetap tinggal terpisah dari gambar mimpi tersebut.

Begitulah, manusia takut kehilangan kontrol/kendali, sama besarnya dengan ketakutannya terhadap apapun yang lain. Kita takut bahwa kita mungkin diselimuti oleh suatu perasaan yang sedemikian kuatnya sehingga kita harus mentaatinya (yaitu bertindak ke dunia luar karena terdesak oleh energi perasaan itu) dan menyakiti diri sendiri atau orang lain. Kita takut kewalahan, menjadi gila dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa raksasa. Disitu kita diamankan dalam kamar khusus, memakai rompi pengaman (“straight-jacket”), diberi obat penenang atau di- “shock” ke tingkat vegetatif (kehidupan tumbuh-tumbuhan) dan tidak pernah dilihat orang lagi.

Sesungguhnya, ada kemungkinan riil bahwa sebagian orang yang mencoba untuk menggunakan buku ini, mungkin akhirnya memerlukan jasa seorang dokter jiwa/psikiater atau suatu institusi psikiatri lokal. Jelaslah bahwa situasi yang dilukiskan diatas ini sudah ketinggalan zaman.

Saya percaya, malapetaka serius itu dapat dihindari dengan mentaati peringatan-peringatan yang telah dan akan digariskan.

Sekali kita menyelam ke bawah permukaan diri-siang (“daytime self”) kita, kita menemukan diri dikurung dalam dunia tiga dimensi kita. Kita menemukan komunikasi-komunikasi yang sudah dibicarakan sebelumnya (Bab 14). RASA-RASA BADAN SPESIFIK datang bagaikan batu-batu karang runcing seperti menggosok kita. KEADAAN LAPIS-DALAM-BADAN YANG MELAYANG-TAK-MENENTU datang dan pergi seperti bayang-bayang gelap disekitar kita. PERASAAN-PERASAAN HATI disadari seperti lapisan-lapisan air dengan suhu yang berbeda-beda. GAMBAR-GAMBAR bergerak-gerak disamping kita seperti makhluk air, dan KEPINGANNYA lewat di mata kita seperti rombongan ikan.

Perbedaan antara dunia di bawah permukaan lautan-diri dan di bawah permukaan lautan samudra adalah bahwa semua yang kita lihat dalam dunia di bawah permukaan lautan-diri telah diproyeksikan ke situ oleh kedalaman benak kita sendiri. Dunia di bawah permukaan lautan-diri itu adalah suatu dunia simbolis. Datangnya dari jauh di kedalaman kita. Karena itu, semuanya mempunyai makna/arti untuk kita. Kita merasakan corak teka-tekinya dan daya tarik yang turun-naik dari makna/arti potensial ini. Kita tahu, kita sedang berada di suatu wilayah yang hanya mau bicara, jika kita mau belajar bagaimana cara mendengarkan.

Dengan perangkat rasa di bawah permukaan laut yang kita kuasai, kita dapat membuka diri untuk menjadi sadar akan penderitaan lapisan batin kita. Kita merasakan sakit di leher, kita merasakan kemuakan dan gangguan yang melayang tak menentu itu dalam perut kita. Kita merasakan kesesakan dalam rongga dada kita: dari dalam, dari mata batin tampak suatu daratan gelap di sekeliling kita yang memancarkan rasa-sakit.

Misalnya, jika kita menyelam dalam lautan dunia batin kita, dan sekali tiba di sana kita lalu merasa takut yang luar biasa kuatnya akan dikritik, maka kekhawatiran berlebihan ini adalah suatu ketakutan semu yang tidak disebabkan oleh sesuatu yang berakar di dunia nyata. Kita memproyeksikannya: ketakutan itu datang dari bagian diri yang lebih dalam dan kita proyeksikan ke lautan di sekeliling kita. Lalu, kita dapat memilih untuk melanjutkan penyelaman lautan dunia batin itu, atau menarik diri keluar dari situ.

***

Back   Table of Contents   Next

www.paulvereshack.com
home page